LensaKita.co.id — Ketua Umum Solidaritas Juang Rakyat Syahri, SH.,MH melihat pernyataan Anies Baswedan di depan Hakim MK itu terlalu berlebihan dan arogan.
“Yang mulia hakim Mahkamah Konstitusi, yang kami hormati, kami muliakan, apa yang kita saksikan ini bukanlah peristiwa biasa, ini adalah titik klimaks dari sebuah proses yang panjang.
Penggerogotan atas demokrasi di mana praktik-praktik intervensi dan ketaatan pada tata kelola pemerintahan secara pelan-pelan tergerus,” ujar Anies Baswedan, seperti dikutip Detik com ( 27/3/2024 )
“Kok ukuran tergerusnya Demokrasi, urusan pilpres yang dia kalah cuma dapat 40 juta suara lalu mau menegasikan 96 juta suara yang lain, inilah cara – cara Abu Lahab , Abu Jahal dalam mengklaim kebenaran dirinya, dia melakukan klaim terhadap orang banyak dengan dasar daya khayalnya sendiri,” ujar pengacara putra asli Kalimantan ini.
Dihadapan sidang MK yang dipimpin Hakim Suhartoyo, Anies menyebut jika gugatannya tidak diterima, klaim kecurangan itu akan terus terjadi. Dia berbicara bahwa kecurangan akan menjadi karakter bangsa.
“Bila kita tidak lakukan langkah koreksi saat ini, maka akan menjadi preseden ke depan di setiap pemilihan di berbagai tingkat di seluruh Indonesia.
“Bila kita tidak lakukan langkah koreksi saat ini, maka kecurangan ini akan menjadi kenormalan, kemudian menjadi kebiasaan, lalu menjadi budaya, dan akhirnya menjadi karakter bangsa,” ujarnya.
“Sesungguhnya demokrasi itu sedang dibunuh Anies secara perlahan, sesuai aturan pemilu, ya siapapun yang bertanding lalu tidak puas dengan hasil, boleh mengajukan keberatan terhadap hasil pemilu tersebut tapi bukan berarti gugatan itu harus dimenangkan dengan cara memaksa Hakim dengan cara ancaman halus seperti itu, lah Anies aja punya mantu aja orang turunan Yaman, mana berani dia berdemokrasi memilih non Arab Yaman menjadi menantunya, berdemokrasi dulu dengan diri sendiri dan sekitar kita,” ujar aktifis 98 ini menutup pembicaraannya.**
Penulis : Ninok