LensaKita.co.id —- Satu minggu menjelang hari raya Iedul Fitri 1446 H, kepadatan arus lalu lintas di sepanjang Lintas Timur semakin padat. Beberapa kendaraan yang berasal dari luar provinsi Riau terlihat melintas dan bisa dipastikan kendaraan tersebut adalah mereka yang sengaja pulang mudik untuk merayakan hari raya di kampung halaman.
Namun ketika memasuki kota Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, beberapa kendaraan yang melintas terpaksa mengurangi kecepatan dikarenakan jalan yang berlubang dan sangat menganggu kenyamanan mereka. Ada beberapa titik yang sangat parah.
Dua mobil berhenti disalah satu kedai kopi yang cukup ramai di Kota Pangkalan Kerinci. Waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB dini hari. Beberapa orang turun dari mobil tersebut. Diduga mereka adalah keluarga besar yang akan pulang kampung (mudik) dan merayakan hari raya di kampung halaman.
Saya yang sedang menikmati secangkir kopi menatap mereka memasuki kedai kopi. Sebagai seorang yang berprofesi wartawan, hati saya tergerak untuk bertanya dari mana dan kemana tujuan mereka kepada salah seorang yang mengendarai mobil tersebut. Dengan santai sembari menghembuskan asap rokok yang baru saja dihisapnya Ia mengatakan bahwa Ia sekeluarga dari Jambi dan akan menuju Medan.
Dari perbincangan yang semakin akrab, si pengemudi yang bernama Edy Suranta mengatakan bahwa Ia sekeluarga selalu pulang kampung (mudik) setiap hari raya untuk bertemu sanak keluarga di kampung halamannya dan selalu melewati kota Pangkalan Kerinci.
Namun perjalanan kali ini Ia merasa jalan Lintas Timur Kota Pangkalan Kerinci sepertinya sudah tak terurus. Banyak jalan rusak dan berlubang. Dengan sedikit kecewa Ia mengatakan seharusnya harus ada perhatian pemerintah daerah.
Meski Ia sedikit paham bahwa Jalan Lintas Timur adalah jalan nasional atau jalan yang pengelolaannya oleh pemerintah pusat. Namun dalam beberapa kasus, pemerintah daerah dapat berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk membantu dalam pemeliharaan atau perbaikan jalan nasional yang melintasi wilayahnya.
Apalagi dalam keadaan darurat, atau rusak parah yang dapat membahayakan pengguna jalan, pemerintah daerah dapat mengambil tindakan sementara memperbaiki jalan tersebut sambil menunggu tindakan lebih lanjut dari pemerintah pusat.
Dengan mimik letih setelah mengemudikan mobil yang memakan waktu lebih kurang 6 jam dari kota Jambi, namun Ia tetap bersemangat bercerita dengan semangat yang membuat perbincangan malam ini terasa hangat meski hujan sudah mulai turun dan hembusan angin malam terasa menusuk tulang.
Setelah beberapa saat melepas lelah dan menikmati hidangan mie rebus yang disediakan oleh pelayan kedai kopi tersebut, Ia dan rombongan akhirnya melanjutkan perjalanan. Ia juga berpesan kepada saya agar menyampaikan keluhannya kepada pemerintah daerah Kabupaten Pelalawan untuk dapat memperhatikan masalah ini.
“Kota Pangkalan Kerinci adalah wajah Kabupaten Pelalawan, apalagi berada di jalan Lintas Timur yang selalu dilalui seluruh orang dari berbagai daerah.”
Cuma itu pesannya, tapi menohok hati saya sebagai warga Pangkalan Kerinci. Sebagai warga yang baik saya berjanji akan menyampaikan hal ini kepada pemimpin negeri ini. Entah apa reaksi yang akan timbul setelah saya menyampaikan ini saya tak peduli. Saya cinta negeri ini, saya ingin negeri ini menjadi lebih baik.**
Penulis : Anton Sikumbang