SULUT,( Lensa Kita ) — Dalam rangka perayaan Natal yang menjadi momentum bahagia bagi Umat Kristiani, kami dari Lembaga Investigasi Negara ( LIN) yang berkolaborasi dengan pemuda–pemuda Muslim kota Bitung tepatnya pemuda Bitung Barat 1 dan Bitung Barat 2 selalu ikut andil dalam berpartisipasi dan menjaga berjalannya Ibadah Natal di beberapa titik gereja di kecamatan Maesa. 25/12/2023
Karena upaya ini kami lakukan untuk menjaga Marwah dan simbol yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun di pupuk oleh Orang-orang tua kita dahulu.
Dan sejumlah titik tempat ibadah di Kota Bitung Yang kususnya di kecematan Maesa dan sekitarnya nampak sejumlah aparat kepolisian Kota Bitung dan Perhubungan bersiaga mengatur kelancaran berlalu lintas dan juga mengamankan ibadah natal..
Sudamiran Prawiro salah satu sekertaris Lembaga Investigasi Negara mengaku bersama rekan-rekannya membantu aparat keamanan dalam mengamankan ibadah Natal 2023 dan mengatur kelancaran berlalu lintas.
“Ini merupakan kedua kali bagi saya ketika bergabung dengan Lembaga Invetigasi Negara. Kami ingin membantu saudara kami umat Nasrani yang sedang menjalankan ibadah natal, termasuk dalam mengatur kelancaran berlalu lintas,”
Menurut dia, dengan ikut serta membantu mengamankan ibadah natal dan membantu kelancaran berlalu lintas bersama aparat kepolisian merupakan salah satu sikap toleransi yang harus dilakukan oleh sesama anak bangsa.
“Kami hidup di Kota Bitung saling menjaga, saling toleransi, dan sikap inilah yang terus kami jaga.
Tiap tahun kami dari Lembaga Investigasi Negara selalu turun ke jalan untuk membantu umat Nasrani yang sedang merayakan malam kudus atau natal dengan harapan semua prosesi ibadah berjalan lancar, aman dan damai,” ucap wiro
Senada itu, Fardan Hamsah salah satu rekan wiro, mengaku sudah kedua kalinya ikut ambil bagian dalam aksi tersebut.
“Ini yang kedua kali bagi saya, tidak dipaksakan. Tidak ada motivasi lainnya, tapi seorang muslim yang ingin menjaga kedamaian bersama saudara kami umat Nasrani yang sedang beribadah natal
“Marwah itu menjadi darah daging kami di Sulawesi Utara yang begitu lamanya dijaga sehingga marwah itu di ikat dengan simbol yang kami kenal dengan Sitou Timou Tumou Tou,artinya prinsip kemanusian diatas segala-galanya tanpa melihat latar belakang suku, ras, budaya bahkan Agama.
Prinsip itu yang kemudian kita jaga melalui lintas generasi agar tetap utuh dan kokoh”,Tutup Fardhan.**
Penulis : Sufaldi Tampilang